Wednesday, August 26, 2009

Taj Mahal




Ada sebuah makam yang indah sekali. Yang paling indah didunia ini. Sebuah makam yang melambangkan cinta, dan bukti kasih sayang seorang suami terhadap isterinya. Karena dia begitu cantik dan setia kepada suaminya. Hingga mampu mempersembahkan 14 orang anak. Sayang ketika melahirkan putra yang terakhir, wanita itu harus membayar mahal dengan jiwanya sendiri. Dan kejadian tragis ini terjadi bukan dalam istananya yang indah, tapi di tengah sebuah medan perang yang dashat pada tahun 1529. Disaat dia mengikuti suaminya Shah Jehan yang sedang sibuk berperang untuk meluaskan jajahan taklukannya. Kecantikan dan keanggunan Mumtaz Taj Mahal begitu mempesona hingga membuat semua orang yangmelihatnya berdecak kagum. Hingga Rabindranath Tagore menggambarkannya dengan kata-kata sebagai berikut :


Let the splendor of the diamond, pearl and ruby vanish like the magic shimmer of the rainbow. Only let this one teardrop, the Taj Mahal, glisten spotlessly bright on the cheek of time...


Sebelum meninggal , Muntaz masih sempat meninggalkan 4 buah pesan. Yaitu: 1. Dia ingin dimakamkan disebuah makam yang paling indah di dunia ini. 2. Suaminya tidak boleh menikah lagi. 3. Shah Jehan harus sayang dan bersikap lembut terhadap anak - anak hasil cinta mereka. 4. Shah Jehan harus menjenguk makamnya, setiap tgl ulang tahun kematiannya.
Pesan 1. Ternyata Shah Jehan dapat memenuhinya, maklum dia seorang raja dari sebuah negara yang kaya raya. Jadi no problem lah. Untuk memenuhi keinginan mendiang istrinya, dia membangun sebuah makam dari marmer putih. Bersegi delapan. Besarnya tak tanggung-tanggung. Karena lebarnya mencapai 130 kaki dan tingginya 200 kaki. Makam yang mirip istana itu dirancang dengan teliti dan seksama sekali. Hingga untuk membangunnya saja memakan waktu 22 tahun lamanya. Padahal yang mengerjakannya 20.000 orang. Untuk menggambarkan cinta kasihnya kepada Mumtaz, bangunan itu dibuatnya dari batu pasir merah, perak, emas, carnelian, jasper, batu bulan, permata jade, lapis lazuli, dan batu karang. Tak heran bila makam yang dikelilingi kebun bergaya Persia dan kolam air itu, tampak begitu indah, agung, putih berkilau dan berdiri megah, seperti dalam cerita dongeng 1001 malam saja. pesan ke 1 sudah terlaksana, meskipun harta benda kerajaan dan rakyat terkuras habis. Pokoknya seep deh.

Pesan 2. Berjalan dengan sendirinya. Karena sejak kematian Mumtaz, Shah Jehan menjadi sangat murung. Hingga rambutnya menjadi putih beruban hanya dalam waktu berapa bulan saja. Jadi gak kebayang deh, berapa besar kesedihan yang dialaminya. Bagaimana pedihnya rasa kehilangan wanita yang dicintainya itu, sampai rambutnya jadi putih semua. Ini benar-benar gambaran sebuah cinta yang suci dan tulus, yang tak akan pernah lagi sampeyan jumpai pada jaman modern ini. Dan sejak itu pula, hidupnya hanya dihabiskan untuk mendirikan sebuah makam yang melambangkan cinta kasihnya kepada Mumtaz. Hingga dia melupakan urusan negara dan rakyatnya. Bahkan perhatian dan kasih sayang untuk anak-anaknya sendiri. Jadi pesan no 3 tak dapat dilaksanakan.

Kesibukan membangun sebuah makam yang indah buat Mumtaz, ternyata membuat kas negara kosong dan rakyat jadi melarat. Shah Jehan juga melupakan tugas sehari-hari sebagai raja dari sebuah negara yang besar. Dan semua ini membuat putera mahkota Aurangzeb menjadi jengkel dan berang. Hingga dia nekat merebut kekuasaan dari tangan ayahandanya sendiri. Marahnya ndak tanggung-tanggung deh karena Shah Jehan langsung dipenjarakan di kubu merah yang terletak di depan Taj Mahal. Jadi pesan no 4 juga tak dapat terpenuhi.

Shah Jehan mengimpikan sebuah makam dari marmer hitam untuk dirinya sendiri. Namum harapannya musnah sudah, sejak dia dikurung di penjara kubu merah oleh Aurangzeb darah dagingnya sendiri. Akhir hidupnya hanya dihabiskan dengan merenung sepanjang hari sambil menatap makam Taj Mahal dikejauhan sana dari jendela kamarnya yang sempit. Sambil mengingat semua kenangan manis tentang keindahan kisah cinta mereka berdua, dan saat terakhir kepergian Mumtaz dari sisinya. Sampai dia pergi menyusul Mumtaz kealam baka. Dan tubuhnya dimakamkan disamping cinta dan belahan jiwanya Mumtaz. What a great love
diceritakan kembali oleh DM


2 comments:

  1. bukan,ini bukan cinta terbesar.ini adalah suatu kebodohan yg terus di ulang-ulang oleh umat manusia;mencintai dunia dan isinya,termasuk wanita melebihi cintanya kepada tuhan,yg selalu berakhir dengan kepedihan.

    ReplyDelete