Tuesday, September 29, 2009

Sejarah terulang kembali...


Pada suatu pagi di tahun 959 Caka (1057 M) , penduduk desa Kelagyan yang terletak di sebelah utara Kali Porong, terkejut setengah mati. Melihat air sungai Brantas yang semula mengalir ke utara, tiba-tiba berbalik arah jadi mengalir ke timur. Hingga semua kapal yang sedang berlayar ke laut, pada pagi hari itu terpaksa berlabuh di tepi sungai. Semua penduduk negeri Jenggala bingung dan panik melihat fenomena alam yang luar biasa ini. Dan airpun terus meluap kedaratan, melanda rumah-rumah dan sawah-sawah . Raja Erlangga yang mendengar berita ini cepat bertindak. Dia menyuruh rakyatnya bergotong royong membangun sebuah bendungan besar di Waringin Pitu. Untuk memaksa aliran air sungai Berantas mengalir kembali ke Utara. Hingga membuka kembali hubungan jalan air ke laut yang sangat penting artinya bagi ekonomi dan perdagangan rakyat di kerajaan itu. Semua peristiwa ini tertulis dalam Prasasti Kelagyan” zaman raja Erlangga berkuasa di kerajaan Jenggala. (1037 M). Kelagyan adalah nama desa Kelagen sekarang yang terletak di utara Kali Porong


Dan musibah ini terjadi lagi di zaman Majapahit . Yang disebut sebagai bencana " Banyu pindah" dicatat dalam buku Parataton ditahun 1256 Caka (1334 M). Hingga mengganggu kelancaran maritim kerajaan yang pada saat itu sedang giat menaklukan pulau-pulau besar dan kecil di Nusantara. Tapi puncaknya terjadi pada saat terbentuknya gunung anyar di tahun 1256 Caka ( 1374 M). Yang membuat zaman keemasan Majapahit berakhir. Pada saat itu orang terkuat di Majapahit, raja Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada sudah tak ada lagi.
Menurut penilitian James Nash (1932). " Hydrageologie der Brantas Vlakte". Yang menemukan bukti-bukti bahwa terbentuknya gunung anyar itu akibat terjadinya erupsi semburan lumpur dari sebelah selatan Jombang, Mojokerto dan Bangsal. Dan jalur itu membentuk jalan sepanjang 25 km panjangnya. Kalau saja erupsi lumpur pada zaman itu sekuat semburan lumpur Sidoarjo pada zaman kita sekarang ini, maka tak akan terbayangkan akibatnya. Karena semburan lumpur ini telah merusak pelabuhan Canggu di dekat Mojokerto. Hingga mereka tak dapat berlayar lagi ke laut lepas yang terletak di dekat kota SUrabaya sekarang. Membuat kerajaan Majapahit menjadi terisolir dengan dunia luar dan perekonomianpun mundur. Dan Majapahit benar-benar musnah pada tahun 1527 M , diserang oleh kerajaan Islam pertama di Jawa: Kerajaan Demak. Babad Tanah Jawi mencatat tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala “Sirna Ilang Kertaning Bumi” yaitu 1400 caka atau 1478 M. Setelah berdiri hampir 200 tahun lamanya.


Sabetulnya, banyak sekali ilmu dan peradaban tinggi yang hilang dari zaman nenek moyang kita. Bisa jadi karena disebabkan oleh bencana alam atau sengaja dilenyapkan oleh bangsa lain yang datang menjajah ke bumi Nusantara.
Misalnya teknologi modern yang dimiliki nenek moyang kita pada abad ke 8. Hingga mereka bisa membangun candi candi megah dan tinggi yang benar-benar berukuran segi empat dengan sudut 90 derajat >>Borobudur dan Prambanan. Padahal waktu itu orang di benua Europa masih hidup dalam abad kegelapan.

Harapan saya, jangan sampai kita mengalami hilangnya kepercayaan diri , disaat negara kita pada saat ini sedang dicoba oleh berbagai musibah, masalah dan kesulitan ekonomi yang datang silih berganti. Karena tanpa motivasi, semangat dan kepercayaan diri maka akan hilang jugalah arah yang kita pilih dan tuju. Seperti kapal yang kehilangan kompas. Karena sesungguhnya nafkah itu dapat dicari bila ada kemauan. Pekerjaan dapat di ciptakan seandainya ada semangat. Pendidikan dapat dijalankan selama ada rasa percaya diri. Dan keterpurukan ekonomi bisa diatasi kalau kita mau bekerja sama. Selama manusia punya gairah hidup maka jalan kearah kemajuan pasti akan datang dengan sendirinya. Sesungguhnya kita bisa belajar banyak dari sejarah nenek moyang kita.

sumber www.dongenggeologi.com diceritakan kembali oleh DM












































1 comment: